and the story goes on..

this is about my life and what i'm thinking about..

Minggu, 21 November 2010

mungkin belum waktu ku

hidup yang berat..
udah 2 minggu saket ini ga memabaek juga..
kejamnya lagi dia muncul menjelang gw preview tugas akhir..
dengan kemampuan seadanya gw harus berjuang ekstra biar bisa lulus, so my other dream would come true soon..(AAMIIN)

mestinya hari ni gw preview ma pembimbing gw.. tapi pas tadi gw tagih waktunya, eh dia bilang anaknya saket dan dia harus pulang segera, emang seeh katanya dia akan kembali ke kampus, tapi kok gw ragu yaa...??

gw ud pasrah.
klo hari ini gagal, gw anggap ini bukan waktu yang tepat buat gw.
yup!
mungkin ini belum waktu ku..

Senin, 15 November 2010

Kemampuan Berproses

“"Seringkali kita mendasarkan konsentrasi pikiran pada cita-cita masa depan, tapi lupa berkonsentrasi di masa sekarang ini"”


Proses adalah bagian dari tumbuh kembang dalam kehidupan. Seringkali karena kita terkonsetrasi dalam menginginkan tujuan agar impian kita menjadi nyata, kita berkonsentrasi ‘menginginkan’ dan lupa berkonsentrasi untuk berproses. Kenyataannya walaupun kita mengetahui bahwa untuk berkembang harus berproses, namun kita tidak menginginkan untuk berproses. Karena tidak menginginkan untuk berproses jadinya proses itu sendiri tidak dilakukan.

Keinginan berproses tidak akan muncul jika kita tidak memiliki kesadaran. Hidup dengan kesadaran membuat kita sadar bahwa hidup itu memerlukan proses. Sudah sifat alaminya bahwa hidup itu berproses, hingga apapun yang melawan sifat alami kehidupan pastinya akan ada konflik. Hanya dengan hidup berkesadaranlah kita akan sadar bahwa hidup selalu memerlukan proses. Dengan kesadaran kemudian akan timbul keinginan kita untuk berproses dalam menjalani hidup, apakah itu berproses dalam menjalani pendidikan, karir, dalam menjalani aktifitas kita sehari-hari dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

Berproses adalah pemikiran berbasis sekarang, terjadinya adalah sekarang. Sementara tujuan atau impian adalah pemikiran berbasis masa depan, karena masih rencana, belum terjadi. Seringkali kita mendasarkan konsentrasi pikiran pada tujuan di masa depan, cita-cita masa depan, tapi lupa berkonsentrasi di masa sekarang ini, yaitu untuk melakukan tindakan-tindakan nyata dalam berproses. Padahal dengan hanya dengan tindakan-tindakan nyata dalam berproses itulah tujuan ataupun impian masa depan bisa dicapai. Tapi kalau kita menghabiskan pikiran kita dengan selalu bertujuan dan bercita-cita tanpa disertai tindakan nyata berproses di masa sekarang ini, maka kita akan menjadi frustrasi seakan cita-cita kita tidak kunjung tercapai.
“"dalam berproses di berbagai sisi kehidupan, kita, alam semesta, dan Tuhan sebenarnya merupakan satu tim."”


Lalu kita menjadi bingung, kenapa tujuan saya tidak kunjung tercapai? Padahal, itu disebabkan karena kita tidak kunjung melakukan tindakan berproses untuk menuju cita-cita tersebut. Jadi kita sibuk memikirkan impian masa depan, tanpa sibuk melakukan tindakan berproses di masa sekarang ini. Masa depan dan masa sekarang adalah 2 hal yang luar biasa berbeda.

Namun ada hal yang juga sangat penting disini. Dalam berproses kitapun harus mengerti secara jelas, ada 2 hal yang berbeda. Proses yang dijalankan oleh kuasa Tuhan dan proses yang kita jalani atas diri sendiri. Ada proses yang sifatnya atas dasar kuasa Tuhan. Tapi ada proses yang sifatnya atas dasar kuasa kita sebagai manusia. Jika bisa membedakan 2 hal tersebut, maka kita bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan dalam berproses, apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dan oleh karenanya dalam berproses, apakah itu berproses dalam menjalani jenjang pendidikan, proses dalam meniti karir, proses dalam kehidupan pribadi atau berkeluarga, proses menyelesaikan masalah,proses menjawab tantangan hidup, proses apapun itu, kita perlu memiliki kemampuan ‘mendengar’, ‘mengamati’ secara mendalam. Jadi kita mengerti apa yang menjadi ‘lahan’ kita dalam berproses, apa yang menjadi lahan Tuhan.

Ada kalanya karena tidak memiliki kemampuan ‘mendengar’ , ‘mengamati’ kehidupan, kita menyerahkan segalanya ke Tuhan tanpa melakukan tindakan nyata berproses. Itu juga tidak relevant. Karena pada dasarnya dalam berproses di berbagai sisi kehidupan, kita, alam semesta dan Tuhan sebenarnya merupakan satu team. Jadi dalam berproses di kehidupan kita, untuk tujuan apapun, harus ada kemampuan ‘mendengar’, ‘menyimak’, ‘mengamati’ kehidupan, sehingga apa yang menjadi tujuan hidup tercapai, cita-cita menjadi nyata, atau juga masalah yang akhirnya jadi bisa diselesaikan.

Semua ini kembali lagi berbasis hidup berkesadaran. Kita tidak akan bisa sepenuhnya berproses secara alami tanpa kemampuan ‘mendengar’, ‘menyimak’, ‘mengamati’ berbagai aspek kehidupan secara mendalam jika menjalani hidup tanpa kesadaran yang tinggi. Dengan kesadaran pun kita juga menyadari, bahwa ada saatnya tujuan atau cita-cita kita tidak tercapai setelah usaha maksimal kita sebagai manusia. Nah disinilah ‘lahan’ Tuhan. Dengan kesadaran kita juga jadi mengerti ada saatnya Tuhan berbicara berbeda. Yang penting, kita harus mengerti secara sadar dulu, apa yang menjadi ‘lahan’ kita dalam berproses, apa yang menjadi ‘lahan’ Tuhan dalam berproses.

Banyak sekali contoh kasus tidak berprosesnya manusia yang kemudian menimbulkan konflik atau kebingungan pada manusianya sendiri. Misalnya, kita tidak mau banjir terjadi di kota kita, Jakarta contohnya. Tapi sejak dulu masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Antara cita-cita dan tindakan keduanya bertentangan dalam hal ini. Jadinya bercita-cita kota tidak terkena banjir, tapi buang sampah sembarangan kerap dilakukan. Ini artinya tidak berproses. Tidak sadar berproses. Tidak adanya kemampuan berproses membuang sampah di tempatnya sejak dulu, tentunya memberi kontribusi yang besar terhadap permasalahan banjir. Kita kesampingkan dulu keluhan dan kemarahan kita terhadap pemerintah. Mari berhenti menyalahkan pihak lain dan berkonsentrasi terhadap apa proses yang bisa kita lakukan sekarang, agar tujuan kita tercapai. Kita semua punya ‘lahan’ masing-masing yang bisa kita lakukan untuk berproses.

Contoh sederhana lainnya bisa kita ambil dalam bagaimana kita berkomentar dalam sebuah tulisan yang di tulis dalam sebuah blog. Begitu berkonsentrasinya dengan tujuan ingin berkomentar, akhirnya lupa membaca sepenuhnya isi blog tersebut, apalagi untuk mengerti topiknya, tentunya komentar yang ditulisnya ternyata akhirnya tidak ada hubungannya dengan topik yang ditulis atau bisa saja komentar tersebut malah mempermasalahkan/menghakimi sesuatu yang sebetulnya sudah dijelaskan dalam topik pembahasan blog tersebut. Hal ini terjadi karena kita sibuk berkonsentrasi memberi komentar, tapi tidak sibuk berproses membaca blog tersebut hingga selesai, membacanya secara mendalam dan menyimaknya hingga mengerti penuh.

Membaca, mengamati, menyimak, memerlukan kehadiran kita sepenuhnya dalam berproses, yaitu dalam konteks ini, berproses untuk membaca secara lengkap dan mengerti secara mendalam dan utuh posting blog yang dimuat. Terkadang jadinya kita sudah berkomentar sebelum membaca sepenuhnya tulisan blog tersebut, sibuk menghakimi sebelum mengerti sepenuhnya apa sebetulnya yang dibahas dalam blog tersebut. Itu berkaitan dengan kemauan dan kemampuan kita dalam berproses.

Kembali lagi ini hanya sebuah contoh. Masih banyak contoh lainnya lagi dalam aktifitas kita sehari-hari, dalam kehidupan kerja, dalam kehidupan bermasyarakat, berkeluarga, dalam kehidupan menjalani jenjang pendidikan, bahkan dalam kehidupan diberbagai bidang industri hingga kehidupan bernegara, dimana kita sibuk berkonsentrasi bercita-cita tapi melupakan berkonsentrasi untuk melakukan tindakan nyata dalam melakukan proses sesungguhnya di waktu sekarang ini.

Ayo kita pikirkan lebih dalam permasalahan dalam kehidupan kita. Jauh lebih dalam lagi, apakah kita sudah berproses dalam pengertian sesungguhnya dalam mencapai cita-cita, dalam mewujudkan tujuan , dalam memecahkan permasalahan, dalam menjawab tantangan dan dalam menjalani seluruh hidup kita.

Jangan-jangan, kita sibuk bercita-cita. Bukan sibuk bertindak dengan relevan dan berproses secara nyata dalam masa sekarang ini.

Kita perlu sadar akan proses yang diperlukan untuk berproses. Sadar akan faktor dari berproses. Mengamati hal ini secara mendalam memerlukan kerendahan hati untuk tidak melakukan self denial terhadap keadaan diri, dan keadaan lingkungan tempat kita berada.

Selamat mengamati dengan jujur dan rendah hati. Selamat berproses.



Diposting Oleh Maylaffayza, Sen Nov 01, 2010 13:31 WIT

Kamis, 04 November 2010

Warna Q

aQ punya warnaQ sendiri..

HITAM adalah aq yang sepi.. aq yang membenci..

MERAH adalah kemarahan Q...emosi Q...

KUNING adalah keceriaan Q.. kebhagiaan Q..

HIJAU adalah kecintaan q pada alam..

BIRU adalah kesadaran Q terhadap Tuhan..

PUTIH adalah Ketulusan Q...kepolosan Q..

setiap orang punya warna yang berbeda untuk nunjukin siapa dia..
jadi jangan maksa untuk selalu menjadi sama... QheY!








*my Sketch Of Words* “diary”_yang tak selengkap diary pada rak terbawah lemari pakaianQ..
July 23rd, 2007

Alkisah Emas Dari Raja

Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik, ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan, karena terlalu banyak sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu. Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka.

Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi. Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja dikebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan kadar karat itu sedikit demi sedikit.
Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda - benda itu, waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari untuk memilih, setengah hari untuk merenungkan, dan setengah hari lagi untuk memutuskan. Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka.

Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kepada salah seorang rakyatnya, "apa yang kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu disini?", jawab orang itu "tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu", lalu tanya prajurit itu lagi "seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya?, sedangkan waktumu sangat terbatas", jawab orang itu lagi "tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku begitu waktuku habis".

Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya "hai orang kaya apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari cukup?" ,jawab orang kaya itu "bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah keuntunganku" .
Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak olehnya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu "mengapa engkau diam disini?, tidakkah engkau memilih emas-emas itu? atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?",mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam saja, maka prajurit itu bertanya lagi "atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?", orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat lagi "tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? ", sambil menatap prajurit, orang itu menjawab "tuan saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini, sayapun tidak tahu, berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini hanya kuninganpun saya juga tidak tahu", "lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu" tanya prajutit itu lagi. "Tuan emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting" jawabnya lugu. Prajurit ini semakin penasaran "mengapa bisa begitu?", "bagi saya berapapun kadar karat emas ini cukup buat saya,karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas tuan" prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya "lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah saya ambil", "tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu?" tanya prajurit lagi,"saya sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan, jika saya gantikan emas ini dengan yang lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni", tak lama lagi lonceng istana berbunyi,tanda berakhir sudah kegiatan mereka.

Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata "wahai rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal diatas maka orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raja" kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi dihadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal "dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya" .
Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.




dikutip dari :
Kumpulan Sharing dan Cerpen
Judul Asli : When We Have to Choice
Penulis : Diah Rahayu A
Copyright © 00-01 by Diah Rahayu A


Berharap melalui alkisah diatas kita dapat merefleksi diri dalam mencari pasangan hidup :

1. Bagi yang sedang mencari pasangan(setengah hari untuk memilih)

Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Tuhan jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda

2. Bagi yang telah memperoleh pasangan (setengah hari untuk merenungkan)

Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat, ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat. Diluar, memang kita dihadapkan
dengan banyak pilihan, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada
saat kita sudah mendapatkannya, belum tentu waktu kita melepaskannya kita mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objektiv siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan), dan menyelaraskan hati Anda bersamanya, begitu Anda tahu tentang hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik, dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah, tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak, "cinta selalu berjuang", dan jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda, justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (tidak pernah bertengkar mungkin) Anda malah harus berhati - hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura - puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda, yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.

3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan)

Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya, jangan berfikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda, jika ini terjadi berarti Anda egois, sama halnya dengan orang kaya diatas, dan dengan demikian Anda tidak pernah puas dengan diri pasangan Anda, maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri, jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya. Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi???, ingatlah si dia adalah hadiah, siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau meyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana hadiah terindah yang telah Tuhan berikan. Dan apapun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia.

Senin, 01 November 2010

Wiseword

“Tak seorang pun di muka bumi yang lebih sengsara dari seorang yang dilanda cinta, meskipun ia mendapati cinta itu manis rasanya. Setiap saat engkau lihat ia selalu menangis, entah karena enggan berpisah atau karena rindu yang membara. Jika sang kekasih jauh, ia menangis karena rindu, jika dekat ia menangis karena takut berpisah.